Foto : Gelar Budaya Keris Di Museum Neka |
UBUD (inibali.com) - Neka Art Museum menjadi pusat pelaksanaan Gelar Budaya Keris Indonesia pada tanggal 3 - 6 November 2015. Ajang budaya berupa pameran keris itu diselenggarakan atas kerjasama Kementrian Pemuda dengan Olahraga RI dengan Yayasan Keris Brojobuwono Surakarta dan Neka Art Museum Bali serta didukung oleh Mahasemaya Warga Pande Bali.
Dengan tema "Memperkuat Jatidiri Bangsa Melalui Nilai-nilai Luhur Budaya Keris Indonesia" ajang seni budaya itu tak hanya menggelar pameran keris menampilkan pusaka agung dari keraton-keraton Nusantara, ragam keris Indonesia Tangguh Sepuh, dan ragam keris dari negara-negara tetangga. Sebagai pesertanya dari Sumatera, Sulawesi, Surakarta dan Bali. Khusus untuk peserta Bali dari Bali diikuti oleh para kolektor juga perajin keris yang salah satunya adalah Anak Agung Bagus Ngurah Agung, Penglingsir Puri Gede Karangasem.
Empu Keris dari Solo Basuki Teguh Yuwono mengatakan, sejauh ini kita hanya sering mendengar bahasa pamer, atau karena kita dikatakan suka pamer? Nah, dalam hajatan mempertontonkan pusaka keris kali ini kita menyebut Gelar Budaya Keris Indonesia. “ Pada intinya, gelar keris kali ini, kita tidak ingin terjebak dalam stigma bicara keris ruang lingkupnya magis, berkasiat dan pencitraan lainya, melainkan ingin memperkenalkan pemahaman pendidikan, ada edukasinya, utamanya bagi kalangan pemuda,” kata Empu Basuki dari padepokan Brojobuwono, Solo, saat jumpa media, di Museum Neka Ubud, Rabu (2/12/2015).
Begitupula, Dr Bambang Gunawan selaku sesepuh di Yayasan Keris Brojobuwono menegaskan ada tiga aspek yang harus dilihat dalam menjaga dan melestarikan keris yang telah diakui Unesco pada 25 Oktober 2005 yaitu di Padepokan kami keris menjadi pusat pelestarian budaya, dimana yaitu melakukan konservasi artefak menyimpan benda cargar budaya. Kedua melakukan repitalisasi keris, mengembangkan, mengembalikan dan sebagianya. Dan terakhir yang amat terpenting adalah menghasilkan karya –karya baru.
Sementara, Pande Wayan Suteja Neka mengatakan, pameran ini juga diisi dengan worskhop pembuatan bilah keris dengan kolaborasi teknik tempa Bugis, Jawa dan Bali. Juga diisi dengan pembuatan aksesoris keris, seperti membuat urangke, handle atau gagang keris. Keris-keris yang dipamerkan adalah aneka keris karya para mpu ternama, seperti keris bertuah ataupun keris kamardikan. Ada juga seminar tentang keris dan pentas tari keris. "Selain pameran serta workshop membuat keris, ajang ini juga diisi dengan kegiatn lain seperti Umbul Mantram sebagai sebuah prosesi mengarak pusak keris sambil menyanyi-menyanyi keliling museum," ungkapnya.
Kalau untuk pagelaran tari keris, jelas Suteja Neka akan menampilkan penari-penari dari seluruh nusantara. Diantaranya Tari Bedaya Saji Keris (ISI Solo), Tari Keris Lakon Mintaraga (OBI), Tari Keris Pituruh (sanggar Bonorota), Tari Keris Bima Sanggar Mogionokasida) dan Tari Keris Ngunying (Bali). "Ajang ini untuk membangkitkan generasi muda untuk mencintai, memaknai serta mengoleksi keris. Ajang ini juga untuk memperkenalkan keris pada dunia," terang Mpu Suteja Neka.
Menurut pemilik Neka Art Museum ini, dipilihnya Bali sebagai pusat gelar budaya keris itu berawal dari undangan dari Kementrian Pemuda dan Olaraga RI. Saat itu ia bersama tiga perwakilan lainnya menerima penghargaan Anugrah "Jaka Supo Award" dari Kementrian Pemuda dan Olah Raga RI katagori Inspirator Pemuda dalam Pelestarian Keris Indonesia. "Keris ino sudah dikukuhkan oleh Unesco, lalu kenapa anak-anak muda tidak memahami, memaknai dan mengoleksinya. Nah, dari kegiatan ini diharapkan dapat memberi inspirasi para pemuda kita," harapanya.
Karena itu, pameran ini digelar sebagai upaya memperluas informasi budaya khususnya tentang keris. "Neka Art Museum yang memiliki raturan koleksi keris, maka pameran itu digelar disini. Harapannya dapat memperluas wawasan antara keris di Bali dan keris nusantara lainnya. Gelar budaya keris ini akan dibuka tanggal 3 nopember pagi jam 8 yang akan dihadiri menteri pemuda dan olahraga, pejabat prov bali dan kabupaten gianyar serta para seniman baik dari dalam maupun luar negeri.(dea)