Hadiri Peluncuran Ocean Accounts Indonesia di Bali, Ini Kata Luhut Pandjaitan

Sabtu, 06 Juli 2024 : 05.54

 

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut B. Pandjaitan, menghadiri peluncuran Ocean Accounts Indonesia di Sanur, Bali.(foto/ist)

INIBALI.COM - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut B. Pandjaitan, menjadi pembicara kunci dalam acara The Global Dialogue On Sustainable Ocean Development sekaligus menghadiri peluncuran Ocean Accounts Indonesia di Sanur, Bali, pada Jumat (5/7/24). 

Dalam konferensi pers, Menko Luhut mengucapkan apresiasinya terhadap Kementerian Kelautan dan Perikanan yang telah sukses menyelenggarakan pertemuan Global Dialogue yang diikuti oleh beberapa negara kepulauan. "Ini sangat penting karena merupakan bagian dari global south collaboration," ujarnya.

Menko Luhut menjelaskan bahwa Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan potensi sumber daya maritim yang besar, lokasi strategis, serta populasi terbesar keempat di dunia.

"Indonesia memiliki keanekaragaman hayati laut dengan sekitar 8.500 biota laut, potensi produksi perikanan berkelanjutan sebesar 12 juta ton per tahun, potensi produksi perikanan laut lebih dari 50 juta ton per tahun, kabel laut sepanjang 115.000 km yang mendukung arus digitalisasi nasional maupun global, serta potensi karbon biru dan energi baru terbarukan," jelasnya.

Namun, laut Indonesia sebagian besar belum dieksplorasi. Hal ini mendorong Indonesia untuk memulai kolaborasi dengan mitra internasional untuk mengeksplorasi dan memahami lebih banyak tentang lautan. Bersama BRIN, IDSSE, dan OceanX, Indonesia mencoba mengungkap hal baru dengan mengeksplorasi laut dalam dan memahami perubahan iklim.

Saat ini, kontribusi industri maritim masih sangat rendah menurut perkiraan BPS dan Kementerian Kelautan dan Perikanan. Karena itu, perlu dilakukan eksplorasi dan pemanfaatan sumber daya maritim secara berkelanjutan, terutama dalam pendekatan ekonomi biru.

"Indonesia berkomitmen melakukan tindakan konkrit untuk melindungi laut kita melalui pertanian rumput laut skala besar dengan mekanisasi dan teknologi, program rehabilitasi 600.000 hektar mangrove, serta penanganan sampah plastik di laut dengan target 70% hingga akhir tahun 2025," ujarnya.

Menko Luhut juga menyebutkan program Blue Halo S yang terintegrasi dan pendekatan komprehensif dalam mengelola konservasi sumber daya kelautan dan perikanan, serta proyek restorasi terumbu karang untuk mengurangi dampak pemutihan karang dan mangrove. Peluncuran Ocean Accounts memungkinkan Indonesia mengukur laut berdasarkan nilai moneternya dari ekosistem laut, jasa, dan tren degradasi.

"Indonesia mengambil langkah perintis menuju pengelolaan berkelanjutan melalui Ocean Accounting," kata Menko Luhut.

Selain itu, Indonesia telah menggagas beberapa platform global dan nasional untuk laut berkelanjutan dan ekonomi biru yang menyatukan berbagai pemangku kepentingan, seperti G20 Bali Global Blended Finance, National Blue Agenda Actions Partnership (NBAAP), Archipelagic and Island States Forum (AIS Forum), dan Ocean 20 (O20) yang sekarang memiliki keterlibatan dalam G20.

"Ini membutuhkan upaya kolaboratif internasional. Lautan kita bukan hanya tanggung jawab kita, tetapi juga garis hidup kita. Sekarang saatnya beraksi. Warisan kita adalah ketahanan, tanggung jawab, dan komitmen untuk memelihara lautan kita untuk bangsa, dunia, dan generasi mendatang," pungkas Menko Luhut.(nik)