Cynthia Ganesha Dukung Perempuan Berkesenian: Karya Sherry Winata Bukti Spirit Ibu dalam Seni

Gubernur Bali berharap kegiatan seperti ini terus berlanjut sebagai wahana interaksi dan dialog budaya dengan saling berbagi pengetahuan dan pengalaman baik dari segi teknik, gaya, maupun konsep kekaryaan masing-masing.

Selasa, 22 Juli 2025, 13:52 WIB

Gubernur Bali Wayan Koster dalam sambutan yang dibacakan Kadis Pariwisata Bali I Wayan Sumarajaya mengatakan pameran ini seolah mengulang sejarah masa lalu yakni dipilihnya Ubud sebagai lokasi perjumpaan budaya dan tempat berpadu serta bertemunya beragam gaya dan teknik seni lukis.

Ia berharap kegiatan seperti ini terus berlanjut sebagai wahana interaksi dan dialog budaya dengan saling berbagi pengetahuan dan pengalaman baik dari segi teknik, gaya, maupun konsep kekaryaan masing-masing.

“Saya mengapresiasi konsistensi Museum Puri Lukisan yang sejak berdirinya menjadi wadah pelestarian seni lukis tradisional Bali sekaligus wahana pertemuan dan interaksi kreatif para seniman lintas generasi, lintas daerah, dan lintas negara,” katanya.

Pembukaan pameran ini dihadiri Ketua Umum Forum Silaturrahmi Keraton Nusantara Brigjen Pol (Purn) Dr.AA. Mapparessa yang juga Karaeng Turikale VIII Maros Sulsel, Sultan Sumbawa Muhammad Kaharuddin IV, Sultan Indragiri Tengku Parameswara, Firman Mudhaffar Syah dari Kesultanan Ternate, Ahmad Jazuli dari Keraton Kasepuhan Cirebon serta 14 pengageng puri se-Bali.

Pameran tunggal Sherry Winata di Museum Puri Lukisan Ubud, Bali. (Dok. G3N Project)

Pada kesempatan itu, Gubernur menyebut peran Tjokorda Gde Agung Sukawati dari Puri Agung Ubud bersama Walter Spies, Rudolf Bonet, dan I Gusti Nyoman Lempad mendirikan Pita Maha pada 1936 yang membawa pembaruan gaya dan gerakan seni yang semangatnya masih dirasakan hingga kini.

Gubernur juga menyampaikan apresiasi terhadap pameran ini dan berharap dapat memberikan manfaat untuk memperkaya khazanah kebudayaan kita. “Karya Sherry yang memadukan seni lukis dengan kontemplasi diri dan spiritualitas sejatinya sejalan dengan kehidupan berkesenian di Bali,” ujarnya.

Kata dia lukisan Bali bukan hanya merupakan benda seni tetapi di dalamnya mengandung nilai-nilai luhur yang sarat pesan religius dan spiritual. Begitu pula semangat para seniman di Bali yang dalam berkarya selalu dilandasi nilai-nilai tersebut sehingga menghasilkan garis, warna, dan karyanya menjadi hidup dan berkharisma yang disebut dengan ‘metaksu’.

Hal senada diungkapkan Penglingsir Puri Agung Ubud yang menaungi Museum Puri Lukisan, Tjokorda Gde Putra Sukawati bahwa karya Sherry yang meditatif sangat tepat dipamerkan di Ubud yang memiliki vibrasi spiritual dan menjadi destinasi wisata healing.

Dia berharap warga Ubud tetap menjaga getaran spiritual tersebut dengan aktivitas adat, tradisi, dan keagamaan seperti yang telah dilakukan para leluhur.

Berita Terkait