G3N Project Pamerkan Karya Sherry Winata di Museum Puri Lukisan Ubud, Sajikan Dimensi Terdalam Manusia

Karya-karya seniman Sherry Winata membuka ruang bagi pengalaman spiritual dalam seni kontemporer yang tidak terikat oleh dogma agama, pasar seni, maupun sejarah seni modern.

Minggu, 20 Juli 2025, 10:37 WIB

INIBALI.COM – Museum Puri Lukisan Ubud bekerja sama dengan G3N Project menggelar pameran tunggal karya seniman multidisiplin, Sherry Winata, bertajuk ‘Inner Sacred Alchemy’.

‘Inner Sacred Alchemy’ yang menampilkan 23 lukisan ini akan dibuka oleh Wakil Menteri Kebudayaan RI Giring Ganesha pada Minggu, 20 Juli 2025, dan pameran berlangsung hingga 10 Agustus 2025.

Wakil Menteri Kebudayaan Giring Ganesha Djumaryo mengatakan Sherry Winata memiliki misi besar melalui karya-karyanya, yaitu ingin menunjukkan bahwa setiap manusia memiliki jiwa yang indah.

“Namun, kita sering kali terlalu sibuk memikirkan karier, menghadapi berbagai tekanan, hingga lupa bahwa kita menyimpan keindahan dalam diri. Kadang butuh bertahun-tahun bermeditasi untuk menyadarinya,” kata Giring saat hadir dalam konferensi pers di Museum Puri Lukisan, Sabtu 19 Juli 2025.

Giring berharap pameran ini bisa menginspirasi banyak orang agar semakin banyak jiwa-jiwa yang tumbuh dalam keindahan.

“Mudah-mudahan, pameran tunggal ini, yang digelar di tempat luar biasa seperti Ubud—salah satu titik penting dalam pemajuan kebudayaan Nusantara—dapat menjadi sumber inspirasi,” tegasnya.

GM G3N Project Andry Ismaya Permadi mengatakan lukisan Sherry sangat istimewa, karena tidak hanya menggunakan pewarna yang lazim seperti akrilik atau cat minyak, tetapi juga media campur seperti batuan, mineral, kristal, resin, glitter, dan lain-lain.

Dalam karya abstrak Sherry yang sangat memperhitungkan warna dan estetika itu, material yang digunakan bukan jadi elemen fisik saja, tetapi juga mediator energi yang menjembatani manusia dengan semesta raya.

“Sherry juga dikenal sebagai sosok unik dalam lanskap seni kontemporer Indonesia. Ia bukan hanya seorang pelukis, tetapi juga penulis, pematung, guru meditasi, penyembuh dengan sound healing, dan praktisi spiritual,” kata Andry.

Ia menyebut G3N Project telah beberapa kali bekerja sama dengan Sherry untuk unjuk karya dalam sejumlah pameran termasuk di Museum Puri Lukisan ini.G3N Project yang didirikan pada 2023 ini juga berkolaborasi dengan sejumlah seniman terkemuka untuk berkontribusi terhadap perkembangan seni rupa Indonesia dan membawanya ke ranah global.

Sherry mengakui lebih dari empat dekade menekuni perjalanan batin yang mendalam untuk menggali berbagai tradisi penyembuhan dan kebijaksanaan kuno dari berbagai penjuru dunia.

Bagi Sherry, melukis bukan sekadar kegiatan artistik, melainkan proses spiritual yang menyatu dengan jiwanya. Lukisan menjadi jembatan antara dirinya dan alam semesta, tempat ia menyalurkan energi yang telah melalui berbagai lapisan kesadaran—sadar, bawah sadar, hingga suprasadar.

“Saya percaya bahwa keindahan sejati berasal dari dalam diri: dari keberanian untuk menerima diri seutuhnya, termasuk luka, sisi gelap, dan kerentanan,” kata Sherry.

Lewat perpaduan warna, simbol, dan pola yang intuitif, karya-karya Sherry merekam perjalanan batin dan pencarian cinta tanpa syarat. Ia tidak melihat rasa sakit dan emosi negatif sebagai beban, melainkan sebagai katalis penting dalam proses transformasi diri.

Sherry menegaskan, baginya, seni adalah bentuk doa dan pengabdian—sarana untuk membangkitkan kembali suara jiwa yang mungkin telah lama terabaikan.

Kurator Asmudjo J. Irianto dalam katalog pameran menyebut Sherry sebagai sosok yang berhasil menemukan bahasa visualnya sendiri meski tanpa latar belakang seni rupa formal. Karyanya, baik lukisan maupun objek tiga dimensi, muncul dari proses mendalam yang lebih merupakan perpanjangan dari tubuh spiritualnya ketimbang sekadar eksplorasi estetika.

Menurut Asmudjo, karya Sherry membuka ruang bagi pengalaman spiritual dalam seni kontemporer yang tidak terikat oleh dogma agama, pasar seni, maupun sejarah seni modern.

“Lukisan-lukisannya menyentuh sisi afektif dan intuitif, mengundang penonton untuk terhubung dengan dimensi terdalam dari dirinya sendiri—melalui warna, gestur, dan resonansi emosi yang mengalir bebas,” kata Asmudjo yang juga dosen Seni Rupa ITB.

Pameran ‘Inner Sacred Alchemy’ bukan hanya perayaan atas perjalanan kreatif individu, melainkan juga undangan untuk menjelajahi seni sebagai ruang lintas kesadaran—di mana suara hati, intuisi, dan getaran cinta tanpa syarat dapat hidup dan saling menyentuh.

Sebagaimana diungkap Sherry kita semua adalah bagian dari jalinan besar kehidupan. Melalui seni dan keheningan, kita bisa kembali merangkai siapa diri kita sebenarnya.***

Berita Terkait