Pura Santa Citta Bhuwana berdiri di Taman Indonesia, lahan hibah dari Marlisa dan Diederik Wareman—pasangan warga Belanda yang memiliki kecintaan mendalam terhadap Indonesia, khususnya Bali.
Proyek ini difasilitasi oleh Yayasan Bali Abdi Samasta dan didukung oleh Kedutaan Besar RI serta Pemprov Bali.
Tak hanya umat Hindu Bali yang hadir, warga Belanda pun ikut meramaikan acara. Sejumlah tamu bahkan mengenakan busana adat Bali seperti pecalang, dan berfoto bersama Gubernur Koster.
Suasana hangat, inklusif, dan penuh kebanggaan menjadi ciri khas peresmian pura ini—sebuah cermin bagaimana nilai-nilai Bali mampu menjembatani budaya dan mempererat hubungan antarbangsa.
Lebih dari sekadar seremoni keagamaan, peresmian ini menjadi tonggak penting dalam diplomasi budaya Indonesia. Pura Santa Citta Bhuwana adalah bukti bahwa nilai spiritual, gotong royong, dan kebudayaan Bali tak mengenal batas geografis—ia hidup di hati para perantau dan disambut hangat oleh dunia.***