INIBALI.COM – Rendahnya tingkat literasi pola asuh (parenting) di Indonesia masih menjadi persoalan serius yang berdampak langsung pada proses tumbuh kembang anak.
Mengacu pada survei Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) tahun 2023 yang dikutip dari medcom.id, hanya sekitar 23% orang tua di Indonesia yang pernah mengikuti pendidikan terkait parenting.
Fakta ini mengindikasikan adanya jurang pemahaman yang cukup lebar, padahal pola asuh yang tepat sangat krusial dalam membentuk masa depan anak.
Menanggapi isu tersebut sekaligus dalam rangka memperingati Hari Anak Nasional pada 23 Juli, Allianz Indonesia menghadirkan pendekatan menarik dengan mengajak orang tua mengenali karakter anak lewat tulisan tangan atau graphology sebagai salah satu cara memahami kebutuhan emosional dan psikologis anak.
Dalam sesi Ngobrol Bareng Allianz Citizens (NgobrAZ) yang diikuti karyawan Allianz Indonesia, hadir pakar graphology DR. Sapta Dwikardana, CBA., CH., CMHA, penulis buku Practical Handbook of Graphology. Ia menjelaskan bahwa tulisan tangan adalah cerminan bawah sadar yang bisa mengungkap suasana hati, konsistensi emosi, cara berpikir, hingga potensi stres yang dialami anak.
“Tulisan tangan bisa menggambarkan karakter secara jujur. Lewat perubahan bentuk dan tekanan tulisan, kita bisa melihat apakah anak sedang merasa tertekan, stres, atau kehilangan kepercayaan diri,” ujar Sapta.
Sapta memaparkan bahwa ada banyak aspek kepribadian anak yang bisa dikenali melalui tulisan tangan, seperti:
-Emosi dan perasaan terlihat dari kemiringan, bentuk, dan tekanan huruf
-Cara berpikir tampak dari koneksi antar huruf, kecepatan menulis, dan proporsi zona huruf
-Produktivitas dan konsep diri tercermin dari margin, ukuran huruf, serta penggunaan huruf kapital
-Interaksi sosial dapat dianalisis dari spasi dan bentuk huruf
Empat Cara Menentukan Pola Asuh Berdasarkan Tulisan Anak:
Pantau Emosi Lewat Tulisan
Tulisan yang kecil dan rapat menandakan kurang percaya diri. Tekanan pena yang kuat menunjukkan stres atau frustrasi. Garis tulisan yang turun bisa menjadi sinyal pesimisme atau kelelahan emosional. Saat melihat tanda-tanda ini, ajak anak berdiskusi dalam suasana santai, misalnya sambil menggambar atau menulis jurnal bersama.
Kenali Gaya Belajar Anak
Tulisan ekspresif, tidak rapi, dan penuh gaya bisa menunjukkan preferensi belajar visual atau kinestetik. Sementara tulisan yang rapi dan terstruktur cocok dengan gaya belajar logis atau verbal. Mengamati buku catatan anak secara berkala bisa membantu menentukan metode belajar yang paling efektif.
Bangun Komunikasi Emosional Melalui Tulisan
Orang tua dapat memulai percakapan emosional dengan meminta anak menulis tentang kesehariannya, lalu merespons tulisan tersebut. Cara ini bisa membuka ruang komunikasi yang hangat dan mendalam.
Deteksi Dini Gangguan Perkembangan
Tanda-tanda seperti tulisan tidak terbaca, ukuran huruf tidak konsisten, atau bentuk huruf yang aneh bisa menjadi indikasi gangguan seperti ADHD, disleksia, atau disgrafia. Jika ditemukan, sebaiknya segera konsultasikan dengan psikolog atau terapis.
Wahyuni Murtiani, Head of Corporate Communications Allianz Indonesia mengatakan momen Hari Anak Nasional menjadi pengingat penting bagi orang tua untuk terus belajar dan menyesuaikan pola asuh seiring pertumbuhan anak.
“Lewat edukasi ini, Allianz Indonesia menunjukkan komitmennya untuk terus melindungi keluarga Indonesia, tidak hanya secara finansial, tapi juga dalam aspek emosional dan psikologis,” tutur Wahyuni.***