Ia mengajak kita untuk memahami bahwa warisan budaya memiliki kekuatan yang dapat membentuk identitas serta nilai-nilai yang memberikan keberlanjutan dan terkoneksi dengan masa lalu.
Karya Djirna ini merupakan bagian dari pameran perdana Ubud Art Ground bertema ‘Parallels: Legacies in Flux’, yang diselenggarakan di Batu Kurung Estate, Kedewatan, Ubud, dan akan dibuka secara resmi dengan undangan terbatas pada Jumat, 11 Juli 2025.
Kurator Farah Wardani mengatakan pameran yang menampilkan karya 51 seniman ini mengangkat dinamika warisan tradisi dan lahirnya seniman muda kontemporer pascapandemi Covid-19, yang menggali kembali akar identitas serta praktik budaya di sekitar mereka.
Seniman-seniman muda tampil sebagai generasi reflektif—tidak hanya mencipta bentuk visual baru, tetapi juga menafsir ulang nilai-nilai tradisi melalui pendekatan kontemporer.
Pameran ini menjadi ruang pertemuan lintas generasi, menghadirkan dialog antara karya para perintis yang mewarnai kancah seni rupa, termasuk mereka yang telah tiada, dengan gelombang baru yang tengah mencari pijakan dalam lanskap seni yang terus mengalir.
Farah secara khusus memilih Djirna, salah satu seniman senior dari Sanggar Dewata Indonesia, sebagai figur sentral dalam pameran ini.
Kata dia Djirna bukan hanya representasi kesinambungan nilai-nilai tradisi dalam seni rupa, tetapi juga sosok perekat antar-generasi yang melalui pencapaian dan konsistensinya berhasil menjembatani eksplorasi budaya Bali dengan ekspresi kontemporer.
Pameran ini terbuka untuk umum dan dapat dikunjungi mulai Sabtu, 12 Juli hingga 10 Agustus 2025. Secara paralel, pameran ini juga menampilkan karya 20 seniman dari Central Academy of Fine arts (CAFA) Beijing yang fokus pada inovasi seni lukis tradisional Tiongkok dalam konteks kontemporer yang dikuratori Profesor Qiu Ting.***