Menurut Lina PW sebagian besar peserta lomba resensi film Roots ternyata baru pertama kali mengikuti kompetisi sejenis.Seperti diungkapkan juara pertama, Kadek Cahya Widiari, yang mengatakan hanya pernah menulis resensi sebagai tugas ekstrakurikuler di sekolah.
Bahkan, Cahya mendaftar lomba ini tepat di hari terakhir pendaftaran, sehari sebelum pemutaran film di Taman Baca Kesiman. Ia mengaku belum banyak tahu tentang film Roots sebelum menontonnya, tetapi dari pengalaman tersebut, ia merasa banyak belajar.
Lomba ini bukan hanya menambah pengalaman Cahya, tetapi juga membuka wawasan dan memberikan refleksi baru baginya – terutama dalam memahami sejarah dan dinamika perkembangan Bali hingga hari ini.
Hal serupa disampaikan juara ketiga, Komang Tri Sinta Dhyana Kuntari, yang juga baru pertama kali mengikuti lomba resensi film. Baginya, Roots adalah film yang menarik sekaligus menantang karena menuntut pemahaman yang mendalam terhadap isi dan maknanya. Meski sempat kesulitan dengan narasi berbahasa Inggris, ia tetap bisa menangkap benang merah cerita yang disampaikan.

Komang Sinta menyebut kehadiran narasumber dalam setiap pemutaran film membuat Roots terasa lebih hangat dan bermakna. Ia menyadari film ini bukan hanya tentang Walter Spies atau Bali, tetapi menyuguhkan kisah yang kompleks dan saling terhubung lintas ruang dan waktu. “Roots benar-benar seperti akar – menggali hal-hal yang saling berkaitan secara unik dan mendalam,” ujarnya.
Film dokumenter fiksi Roots karya Michael Schindhelm telah diputar di sejumlah tempat yakni dua kali di ARMA Museum, Kulidan Kitchen and Space, ISI Bali, Danes Art Veranda, Taman Baca Kesiman, STIKOM Bali, dan Uma Seminyak, mendapat sambutan antusias dari publik.
Kehadiran pengunjung memiliki segmentasi luas mulai siswa sekolah dasar sampai SMA, mahasiswa dan akademisi kampus, seniman dan budayawan, aktivis LSM, arsitek, unsur pemerintah maupun masyarakat luas.
Yudha yang pernah menghadiri tiga kali Locarno Film Festival di Swiss mengatakan dalam beberapa tahun terakhir lanskap kritik film telah mengalami transformasi yang signifikan.
“Salah satu perkembangan yang paling menonjol adalah meningkatnya jumlah penulis perempuan muda dalam kompetisi ulasan film, seperti dalam lomba resensi film Roots,” ujarnya.