Ubud Art Ground Diluncurkan, Gelar Pameran Bali-Tiongkok ‘Parallels: Legacies in Flux’

Ubud Art Ground bakal aktif mendorong kolaborasi lintas budaya dan linas generasi, menciptakan ekosistem seni yang berkelanjutan, dan menjadi pusat pertukaran pemikiran, praktik seni, serta eksplorasi kreatif yang berakar pada konteks lokal namun terbuka secara global.

Jumat, 11 Juli 2025, 21:24 WIB

INIBALI.COM – Yayasan Satya Djaya Raya meluncurkan Ubud Art Ground (UAG), sebuah ruang seni dan budaya baru bertaraf internasional, yang berlokasi di Gudang Kayu, Batu Kurung Estate, Kedewatan, Ubud, Gianyar, Bali.

Peresmian Ubud Art Ground ditandai dengan pembukaan pameran seni kontemporer bertajuk ‘Parallels: Legacies in Flux’ pada Jumat, 11 Juli 2025 sore.

Pameran ini menghadirkan karya 71 seniman dari Bali dan Tiongkok yang mengeksplorasi dan menafsirkan kembali warisan seni rupa masing-masing dalam kerangka zaman yang terus berubah.

Prosesi pembukaan pameran ditandai dengan ‘pangurip-urip’ yakni menorehkan tiga warna merah-hitam-putih pada instalasi perahu dan naga bertajuk ‘Transient-Continuous’ karya seniman Made Djirna yang di antaranya dilakukan oleh Wakil Dubes RI di Beijing Parulian George Andreas Silalahi, Penglingsir Puri Agung Ubud Tjokorda Gde Putra Sukawati, dan pemilik Lyman Group Osbert Lyman.

Yulia Kurniawan Direktur Yayasan Satya Djaya Raya mengatakan kehadiran UAG merupakan bentuk komitmen yayasan terhadap pendidikan dan pelestarian budaya.

“Warisan budaya bukanlah sesuatu yang statis, tetapi terus berkembang bersama zaman melalui tangan-tangan seniman yang visioner,” ujarnya.

Direktur Ubud Art Ground Yuanita Savitri mengatakan UAG bukan sekadar ruang seni, melainkan ekosistem dialog yang menghubungkan seniman, pemikir, dan publik dalam ruang yang saling terhubung antara tradisi dan keberanian berekspresi.

“Insiatif ini diharapkan menjadi pengalaman seni yang hidup, reflektif, dan berdampak lintas generasi dan budaya,” kata Yuanita.

Kata dia dalam jangka panjang di lokasi tersebut akan dibangun art center seluas 2.000 m² yang diproyeksikan menjadi tempat program residensi seniman, forum edukatif, serta laboratorium gagasan seni lintas budaya dan generasi.

Yuanita menjelaskan Ubud Art Ground bakal aktif mendorong kolaborasi lintas budaya dan lintas generasi, menciptakan ekosistem seni yang berkelanjutan, dan menjadi pusat pertukaran pemikiran, praktik seni, serta eksplorasi kreatif yang berakar pada konteks lokal namun terbuka secara global.

Berita Terkait