Wamen Giring Silaturahmi ke Studio Made Wianta, Refleksi Kebudayaan dan Perjuangan Pendidikan

Sabtu, 3 Mei 2025, 09:57 WIB

INIBALI.COM – Hari Pendidikan Nasional 2 Mei 2025 kemarin tak hanya diperingati lewat seremoni, tetapi juga dihayati melalui perjalanan sunyi dan penuh makna di studio mendiang Made Wianta di Denpasar.

Di sinilah Wakil Menteri Kebudayaan Giring Ganesha Djumaryo bertemu dengan Intan Kirana, istri mendiang maestro seni rupa Bali, Made Wianta — yang tak lain adalah cucu kandung tokoh besar pendidikan nasional, Ki Hadjar Dewantara.

Kunjungan Giring ini menjadi simpul pertemuan antara warisan pendidikan dan peradaban seni. Intan Kirana mengenang masa kecilnya yang bersentuhan langsung dengan nilai-nilai pendidikan holistik ala Eyang Ki Hadjar, yang menekankan keteladanan, kesederhanaan, dan pendidikan yang memerdekakan.

Semangat ini pulalah yang tercermin dalam karya-karya Made Wianta — seniman yang sepanjang hayatnya menjadikan seni sebagai media refleksi sosial dan spiritual.

“Kami sekeluarga berterima kasih atas kunjungan yang mendadak ini, Mas Wamen membicarakan berbagai hal yang menggambarkan luasnya wawasan beliau,” kata Intan didampingi putrinya Buratwangi Waianta.

Silaturahmi itu berlangsung hangat, dibingkai perbincangan tentang seni rupa dan kebudayaan. Intan Kirana menyambut penuh syukur atas ketulusan Wamen dan istrinya, Cynthia Riza, yang datang tak sekadar bersilaturahmi, tetapi benar-benar ingin menyelami karya Made Wianta yang tergantung di dinding studio.

Pada saat ini, Kementerian Kebudayaan juga sedang menyelenggarakan pameran “Sunting: Jejak Perempuan Indonesia Penggerak Perubahan” di Museum Nasional, Jakarta.

Salah satu yang dipamerkan adalah koleksi pribadi Nyi Hadjar Dewantara — perempuan tangguh yang tak hanya setia mendampingi perjuangan suaminya, tetapi juga memainkan peran penting sebagai pendidik, penulis, dan penyiar radio yang menyuarakan pentingnya pendidikan perempuan.

Melalui kunjungan dan pameran ini, tampak bahwa pembangunan kebudayaan tak bisa dipisahkan dari narasi lintas generasi, termasuk dari Ki Hadjar, Nyi Hadjar, dan seniman Made Wianta dengan kekaryaan yang masih diperbincangkan kendati telah berpulang 2020 lalu. Semuanya terhubung dalam satu benang merah: kebudayaan sebagai tulang punggung peradaban.

Berita Terkait