INIBALI.COM – Pengeluaran keluarga untuk membeli rokok dan tembakau hampir menyamai belanja protein hewani, demikian hasil sebuah survei.
Data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2023 menunjukkan pada berbagai tingkat pengeluaran, belanja rokok cukup signifikan, mulai dari 11,54 persen di kuintil 1 hingga 14,30 persen di kuintil 4. Sebaliknya, pengeluaran untuk protein hewani berada pada kisaran 14,83 persen hingga 20,6 persen.
Meskipun protein hewani mencakup makanan bergizi seperti ikan, daging, telur, dan susu, konsumsi masyarakat masih menghadapi tantangan.
Pola makan yang kurang sehat terlihat dari rendahnya konsumsi protein hewani balita, yaitu hanya 21,6 persen. Sebaliknya, konsumsi makanan dan minuman tidak sehat cukup tinggi, seperti minuman manis (52 persen), makanan asin (32 persen), dan makanan instan (11 persen).
Direktur Jenderal Kesehatan Primer dan Komunitas Maria Endang Sumiwi mengaakan Indonesia menghadapi tiga masalah besar gizi: undernutrition, kekurangan mikronutrien, dan obesitas.
“Salah satu dampaknya terlihat pada prevalensi stunting balita sebesar 21,5 persen, yang berpengaruh pada kualitas sumber daya manusia,” katanya dikutip dari laman Kementerian Kesehatan, Kamis 23 Januari 2025.
Kata dia masalah lain yang menjadi sorotan adalah anemia pada remaja (16,3 persen) dan ibu hamil (27,7 persen), serta obesitas yang meningkat pada remaja dan orang dewasa.
Untuk itu, masyarakat didorong untuk mengurangi konsumsi makanan tinggi gula, garam, dan lemak, sekaligus meningkatkan asupan makanan bergizi seimbang.
Staf Ahli Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) Ikeu Tanziha menjelaskan pemerintah telah membentuk BGN untuk memastikan pemenuhan gizi masyarakat secara optimal.