Hari Guru Nasional: Putera Sampoerna Foundation Ciptakan Ekosistem Pendidikan Inklusif

Jumat, 6 Desember 2024, 04:28 WIB

Putra Asga Elevri, Direktur Guru Pendidikan Menengah dan Pendidikan Khusus, Ditjen GTK dalam upaya mendukung inklusi bagi penyandang disabilitas di Indonesia, penting untuk mengumpulkan data yang akurat dan dapat diakses oleh orang tua dan guru.

Kata dia kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan keluarga sangat diperlukan untuk menciptakan lingkungan yang mendukung.

“Dengan pendekatan asesmen yang berfokus pada kebutuhan fungsional dan lingkungan, kita dapat lebih memahami profil belajar siswa, terutama mereka yang mungkin mengalami kesulitan belajar yang tidak terdiagnosis. Kesadaran di sekolah mengenai isu ini juga harus ditingkatkan agar semua siswa, termasuk mereka dengan disabilitas, dapat belajar dengan lebih baik,” tuturnya.

Pada sesi ini juga sekaligus menjadi momen peluncuran buku “Menjembatani Perbedaan: Pendidikan Inklusif dan Pendidikan Khusus sebagai Pilar Kesetaraan” karya dari Tim Guru Binar yang berkolaborasi dengan Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan (Ditjen GTK) Kemendikdasmen RI serta Platform Merdeka Mengajar.

Buku ini menjadi bukti nyata bagaimana para guru berkontribusi dalam inovasi pendidikan di tingkat nasional.

Head of Program Development and Guru Binar Putera Sampoerna Foundation Juliana mengatakan peran guru menjadi sangat signifikan karena guru mampu menciptakan lingkungan belajar yang adaptif dapat membantu setiap siswa merasa dihargai dan berkembang sesuai potensinya.

“Kolaborasi antara sekolah, orang tua, dan masyarakat juga menjadi kunci untuk membangun ekosistem pendidikan yang benar-benar inklusif,” kata Juliana.  Pada sesi kedua bertema “Inovasi Teknologi dan Peran Guru dalam Meningkatkan Pembelajaran Matematika yang Efektif”, PSF menyoroti pentingnya pengembangan kemampuan numerasi siswa di Indonesia.

Seorang figur publik Tasya Kamila membagikan pengalamannya belajar Matematika semasa sekolah dulu hingga penerapan kepada kedua anaknya. Waktu sekolah, Tasya merasa matematika itu menyenangkan karena bisa memecahkan soal-soal dengan berbagai pendekatan yang mengandalkan logika dan pemikiran kritis.

Kata dia pendekatan ini membuat matematika jadi lebih menarik dan bisa dihadapi dengan rasa percaya diri, karena aku bisa melihat banyak cara untuk menemukan solusi.

“Sekarang, aku turunkan pengalaman positif itu kepada anak-anakku, dengan mengenalkan numerasi sejak dini melalui hal-hal sederhana dalam kehidupan sehari-hari, seperti menghitung barang atau menyusun waktu,” kata Tasya yang pernah meraih nilai Matematika 100 saat Ujian Nasional SMP.

Tasya ingin anak-anaknya tidak hanya mengerti konsep matematika, tapi juga mulai menyukai dan merasa nyaman dengan angka, karena keterampilan numerasi itu sangat berguna di masa depan. Berdasarkan data PISA 2022 skor matematika siswa Indonesia berada di angka 366, jauh di bawah rata-rata OECD sebesar 472.

Berita Terkait