Denpasar – Gulma kirinyuh yang kerap dianggap tak berguna kini menjelma menjadi produk inovatif bernilai tinggi dan dapat dikembangkan menjadi produk yang memiliki nilai ekonomi.
Tim pengabdian masyarakat Institut Teknologi Kesehatan (Itekes) Bintang Persada bersama siswa SMA Bintang Persada sukses menciptakan Siam Weed Soap, sabun padat transparan berbahan dasar daun kirinyuh (Chromolaena odorata) yang memiliki khasiat antijamur untuk kesehatan kulit remaja.
Inovasi ini lahir melalui program Pemberdayaan Masyarakat Pemula (PMP) yang didanai hibah Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Ditjen Riset dan Pengembangan, Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi RI.
Tim terdiri dari apt. Putu Ayu Ratih Listiani, S.Farm., M.Sc., Ns. I Made Rai Mahardika, S.Kep., M.Kep., dan apt. Putu Ika Indah Indraswari, S.Farm., M.Farm., bersama sejumlah mahasiswa.
Sebelumnya, penelitian dosen Itekes Bintang Persada membuktikan bahwa ekstrak etanol daun kirinyuh memiliki aktivitas antijamur dengan zona hambat 13 mm.
Menariknya, setelah diformulasikan menjadi sabun, daya hambat meningkat hingga 19 mm. Formula terbaik kini digunakan dalam produksi Siam Weed Soap.
“Kami ingin menunjukkan bahwa inovasi bisa lahir dari hal sederhana. Bahkan tanaman yang dianggap gulma pun bisa menjadi produk bernilai tinggi,” ujar Ratih Listiani, Ketua Tim Pengabdian, Sabtu 16 Agustus 2025.
Program ini juga melibatkan siswa dalam seluruh proses produksi, mulai dari pembuatan ekstrak, formulasi sabun, pengemasan, hingga strategi pemasaran.
Selain menambah keterampilan wirausaha, kegiatan ini menumbuhkan kepedulian generasi muda terhadap isu lingkungan.
Sebagai dukungan, tim pengabdian menyerahkan alat produksi seperti timbangan digital, kompor listrik, dan bahan pembuatan sabun kepada SMA Bintang Persada.
Kepala SMA Bintang Persada Ni Putu Nanik Puspita Sari mengapresiasi langkah ini dan berterima kasih atas hibah yang telah disampaikan. “Siswa tidak hanya belajar bisnis, tetapi juga dilatih berpikir kritis soal lingkungan dan kesehatan,” ujar Nanik.
Harapannya, program ini tak berhenti pada pelatihan, melainkan mendorong siswa terus berinovasi serta membuka peluang usaha berbasis potensi lokal. Langkah kecil ini diyakini mampu memberi dampak besar, baik bagi kesehatan maupun pemberdayaan generasi muda.***