Membakar jerami padi sama artinya membuang bahan baku pupuk dan menyebabkan petani membutuhkan pupuk lebih banyak pada musim tanam berikutnya.
Berdasarkan penelitian pendahuluan yang dilakukan oleh Muliarta, didapatkan bahwa berdasarkan hasil survei terhadap petani di Kabupaten Klungkung pada 2017 tidak ada petani yang mengomposkan jerami padi.
Alasannya petani tidak mengetahui cara mengomposkan jerami padi, mengalami keterbatasan tenaga kerja untuk melakukan pengomposan dan akibat keterbatasan waktu. Tercatat 30,34 persen responden yang membakar jerami padi dan 69,66% yang memanfaatkan sebagai mulsa.
“Artinya masih cukup banyak jerami padi yang terbuang percuma, padahal setiap produksi satu kilogram gabah juga dihasilkan satu sampai satu setengah kilogram jerami padi. Bayangkan kalau jerami padi tersebut diolah menjadi kompos, maka petani dapat melakukan efisiensi penggunaan pupuk anorganik,” papar mantan striger Radio VOA tersebut.
Pemanfaatan jerami padi sebagai kompos tidak saja akan mengurangi jumlah limbah dan mengurangi penggunaan pupuk anorganik, tetapi juga menjadi jalan menuju pertanian organik dan sebagai upaya meminimalisasi pencemaran lingkungan terutama tanah akibat penggunaan pupuk anorganik yang berlebihan.
Pemanfaatan kompos jerami padi juga akan meningkatkan kesuburan tanah dan hasil panen.
“Satu hektar sawah bisa menghasilkan sepuluh sampai dua belas ton limbah jerami, satu ton jerami bila dikomposkan akan menghasikan sepertiga atau setengah ton kompos dan ini bisa mengurangi penggunaan pupuk anorganik. Bila petani mampu memanfaatkan jerami kan jerami tidak lagi dipandang sebagai limbah tetapi telah menjadi berkah,” ungkap pria yang juga anggota Tim Sekolah Adiwiyata Provinsi Bali.
Ia menambahkan berdasarkan eksperimen penggunaan kompos jerami padi yang dikombinasikan dengan pupuk NPK (15:15:15) didapatkan bahwa kombinasi 60% (6 ton per ha) kompos jerami padi yang dikombinasikan dengan 40% (120 kilogram per ha) NPK mampu menghasilkan gabah kering giling 17,37% lebih tinggi dari 100% NPK.
Hasil ini memberikan gambaran bahwa penambahan kompos jerami mampu mengurangi penggunaan pupuk anorganik, bahkan memberikan produksi yang lebih tinggi. Muliarta berharap pemerintah melakukan sosialisasi pengomposan jerami padi kepada petani sebagai upaya menuju pertanian organik.
Pemanfaatan jerami padi juga merupakan jalan menuju pertanian yang zero waste dan pertanian yang menerapkan sistem Low External Input Sustainable Agriculture (LEISA), sehingga ke depan mampu mewujudkan pertanian yang ramah lingkungan dan mendukung program pembangunan berkelanjutan.(wan)