Penyair Wayan Jengki Sunarta Luncurkan Antologi Puisi ‘Solilokui’

Kamis, 22 Oktober 2020, 06:45 WIB

Wayan Jengki Sunarta lahir di Denpasar, 22 Juni 1975. Dia adalah lulusan Antropologi Budaya, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Udayana. Pernah kuliah Seni Lukis di ISI Denpasar.

Mencipta puisi sejak awal 1990-an, kemudian merambah ke penulisan prosa liris, cerpen, feature, esai/artikel seni budaya, kritik/ulasan seni rupa, dan novel. Tulisan-tulisannya tersebar di berbagai media massa lokal dan nasional serta terangkum dalam lebih dari 80 buku bersama.

Buku-buku sastranya yang telah terbit adalah Solilokui (puisi; Pustaka Ekspresi, 2020), Amor Fati (puisi; Pustaka Ekspresi, 2019), Petualang Sabang (puisi; Pustaka Ekspresi, 2018), Senandung Sabang (catatan perjalanan; Badan Bahasa, 2017), Montase (puisi; Pustaka Ekspresi, 2016), Magening (novel; Kakilangit Kencana, 2015), Perempuan yang Mengawini Keris (cerpen; Jalasutra, 2011), Pekarangan Tubuhku (puisi; Bejana, 2010), Impian Usai (puisi; Kubu Sastra, 2007), Malam Cinta (puisi; Bukupop, 2007), Cakra Punarbhawa (cerpen; Gramedia, 2005), Purnama di Atas Pura (cerpen; Grasindo, 2005), Pada Lingkar Putingmu (puisi; Bukupop, 2005).

Beberapa karya sastranya meraih penghargaan, antara lain: Nomine Penghargaan Sastra Badan Bahasa (2020), Sebelas Terbaik Lomba Cipta Cerpen dan Puisi Nasional yang digelar Disparbud DKI Jakarta dan Yayasan Hari Puisi Indonesia (2019), Nominator Sayembara Buku Puisi Yayasan Hari Puisi Indonesia (2019 dan 2016), Longlist Khatulistiwa Literary Award (2010), Anugerah Widya Pataka dari Gubernur Bali (2007), Nominator Anugerah Sastra Majalah Horison (2004), Cerpen Pilihan Kompas 2004, Cerpen Terbaik Kompas 2004 versi Sastrawan Yogyakarta, Krakatau Award 2002 dari Dewan Kesenian Lampung.

Jengki sering diundang mengikuti berbagai kegiatan sastra tingkat nasional dan internasional, antara lain: Pertemuan Penyair Nusantara (PPN) XI dan Negara ASEAN (2019), Festival Seni Bali Jani 2019, Jogja Literary Festival 2019, Festival Sastra Internasional Gunung Bintan di Kepulauan Riau (2018), Musyawarah Sastrawan Indonesia (Jakarta 2016 dan 2017).

Selain itu, Jengki juga sering diminta menjadi pembicara (narasumber), kurator, dan juri berbagai kegiatan sastra tingkat lokal dan nasional, seperti narasumber Bengkel Sastra (Penulisan Puisi) untuk Guru se-Indonesia (program Badan Bahasa, 2020), narasumber Bimbingan Teknis Literasi untuk Guru se-Bali (program Balai Bahasa Bali, 2019 dan 2020).

Jengki memang mendedikasikan hidupnya untuk kesenian, terutama seni sastra dan seni rupa. Selain dikenal sebagai sastrawan, dia juga senang melukis dan turut menggerakkan kegiatan seni rupa di Bali dengan menjadi penulis dan kurator seni rupa.

Hingga kini dia terus menulis untuk berbagai media, menjadi aktivis kesenian, dan bergiat di Jatijagat Kampung Puisi (JKP), sebuah komunitas kesenian di Denpasar. (wan)

Berita Terkait