INIBALI.COM – Manajemen Sacred Monkey Forest Sanctuary menyampaikan rasa empati dan duka cita atas terjadinya musibah bencana alam pada Selasa, 10 Desember 2024, pukul 12.11 WITA.
Akibat embusan angin yang cukup kencang secara tiba-tiba, menyebabkan sebuah dahan besar dari salah satu pohon di area hutan patah dan tumbang menimpa wisatawan yang sedang berkunjung kehutan konservai yang dihuni ratusan moyet tersebut.
Insiden yang terjadi dengan sangat cepat ini menyebabkan 2 wisman tewas yakni Funny Justine Christine (32) asal Prancis dan Kim Hyoeun (42) asal Korea Selatan. Sedangkan seorang korban lainnya, Lee Sunni (43) asal Korea Selatan mengalami luka-luka.
GM Sacred Monkey Forest Ubud Anak Agung Bhaskara mewakili manajemen menyampaikan rasa prihatin dan duka cita yang sangat mendalam kepada para korban dan keluarga mereka.
“Tim kami telah bertindak cepat untuk memberikan bantuan pertama di lokasi dan melakukan pendampingan intensif kepada para korban, pengurusan untuk segala keperluan administrasi, asuransi hingga akomodasi,” kata Bhaskara kepada media, Rabu 11 Desember 2024.
Bhaskara menyebut pihaknya telah berkomunikasi dan berkoordinasi dengan pihak kedutaan/ termasuk bekerja sama dengan paramedis dan pihak berwenang untuk memastikan perawatan yang optimal bagi korban.
Kata dia sebagai kawasan konservasi hutan yang mengutamakan kelestarian alam dan keselamatan pengunjung, Sacred Monkey Forest Ubud memiliki agenda rutin mingguan dan bulanan untuk perawatan dan konservasi hutan, termasuk pemeriksaan kondisi pohon dan lingkungan sekitarnya.
“Kami terakhir melakukan pemotongan besar terakhir pada 23 November, makanya saat evakuasi kita bisa melakukan lebih cepat karena peralatan sudah ada,” ujarnya. Bhaskara menyebut pihaknya selalu menyarankan kepada seluruh pengunjung untuk waspada dan tidak memasuki kawasan saat turun hujan.
“Sekali lagi, kami menyampaikan rasa duka yang sangat mendalam atas insiden ini. Sekda Kabupaten Gianyar Dewa Gede Alit Mudiarta mengatakan pemkab telah menyatakan ikut belasungkawa kepada keluarga korban dan melakukan kordinasi bersma desa adat untuk mengutus jenazah.
Menurut pemantauan Mudiarta pihak pengelola Monkey Forest Ubud telah melakukan pemangkasan dahan secara berkala, tetapi apa daya bencana yang datang tidak bisa diprediksi.
Ia mengimbau para pengelola daerah tujuan wisata (DTW) baik yang dikelola pemkab sebanyak 8 DTW maupun swakelola oleh desa adat seperti Monkey Forest ini untuk meningkatkan kewaspadaan pada saat cuaca ekstrem seperti sekarang ini.
“Kami mengimbau para pengelola DTW untuk memangkas dahan yang terlalu rimbun dan membahayakan, serta mengantisipasi cuaca yang sangat tidak menentu ini,” ujarnya. Bendesa Adat Padangtegal Ubud I Made Parmita mengatakan akan dilakukan upacara mecaru dan penglukatan untuk pembersihan lokasi secara niskala di Monkey Forest.
Selain itu, akan dilaksanakan upacara rutin tujuh bulan sekali seperti tumpek kandang (upacara untuk hewan) dan tumpek uduh (upacara untuk tumbuh-tumbuhan) yang kebetulan jadwalnya dalam waktu dekat.
“Selain upacara mecaru dan penglukatan untuk pembersihan lokasi, kami juga memohon maaf kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa jika ada kelalaian di objek wisata ini dan memohon kerahayuan ke depannya agar tak terulang kembali peristiwa ini,” ujarnya.***